Kamis, 09 September 2021

Tipuan Terbesar dalam Sejarah

 

Revolusi makanan yang menyengsarakan


Beras banyak tapi orang kurang gizi

Masih banyak orang percaya, bahhwa revolusi pertanian adalah satu lompatan kemajuan dari ummat manusia. Mereka beranggapan bahwa kemajuan tersebut didorong oleh kemajuan berfikir manusia menemukan: bibit unggul, pestisida dan pupuk.

Tapi itu hanya hayalan. Cacat berpikir yang terlanjur melekat di banyak kepala orang. Menganggap bahwa banyak makan identik dengan kecukupan gizi. Orang kenyang adalah orang sejahtera. Hingga dipersingkat, orang gemuk tandanya orang sejahtera. Untuk kenyang, harus makan nasi. Belum dianggap makan jika belum makan nasi. Tanpa nasi, orang akan kelaparan. Jadi lumbung beras harus berlimpah, sebagai simbol sejahtera. Semua ini hanya mitos.

Beras yang berlimpah, justru menjerumuskan manusia dalam kehidupan yang lebih berat. Beras berlimpah memang memperbesar jumlah makanan yang bisa dimakan manusia, namun makanan yang banyak itu bukan berarti gizi yang lebih baik. Jadi, manusia kelebihan makan (overnourished), namun makanannya justru kurang gizi, karena tidak mengandung satu atau lebih nutrien esensial (malnutrisi). Nutrien esesial adalah nutrisi yang harus diperoleh dari makanan karena tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh dari bahan lain. Misalnya, jagung tidak memiliki asam amino esensial lisin. Orang pemakan jagung akan mengalami masalah pembentukan protein. Demikian juga yang terjadi dengan orang yang hanya makan nasi, kentang dan gandum, mereka bisa kekurangan asam amino esensial.

Masalah lain yang timbul akibat konsumsi karbohidrat yang banyak seperti nasi, adalah respon insulin tubuh. Makin banyak karbohidrat yang memasuki aliran darah, makin banyak pula insulin dalam darah, maka semakin cepat glukosa dalam darah diubah menjadi timbunan glikogen atau timbunan lemak. Ini memicu obesitas. Penimbunan gula darah menjadi lemak ini juga berarti gula darah dengan cepat berkurang. Gula darah yang cepat turun akan memicu rasa lapar yang juga cepat. Akibatnya, insulin yang tinggi bukan saja membuat gemuk tapi juga mempercepat rasa lapar. Ringkasnya: semakin tinggi insulin, semakin gemuk. Semakin banyak makan karbohidrat, semakin cepat merasa lapar. Rasa lapar yang mengganggu, menurunkan tingkat kebahagian, tanda kesejahteraan hidup menurun.

Pernahkah kamu mendengar orang kecanduan karbohidrat? Orang yang kecanduan karbohidrat selalu ingin makan karbohidrat berupa kue, mie, nasi atau minuman bergula, dan tidak akan berhenti gelisah sebelum kecanduannya terhadap karbohidrat terpuaskan. Tanpa makan karbohidrat dalam sehari, maka dia akan merasa sangat tidak enak badan, gelisah, lelah, tidak bisa berpikir hingga sakit kepala. Orang tersebut mungkin sedang mengalami gula darah rendah (hipoglikemia) yang diakibatkan oleh tingginya insulin darah.

Banyak orang yang tidak mengetahui mengapa ia gampang mengalami rasa lapar, kelelahan, gampang marah, malas, selalu ingin makan. Misalnya, mereka makan pada jam 12 siang maka pada jam 2 atau jam 3 siang, mereka merasa lapar lagi, mengantuk dan tidak bisa berpikir. Karena itu, mereka selalu menyiapkan kue untuk memuaskan rasa laparnya, sebab mereka tahu bahwa rasa laparnya tidak akan berhenti kecuali setelah dipuaskan dengan kue-kue. Dua atau tiga jam setelah makan siang, adalah saat dimana kelelahan sudah terasa. Mereka kemudian membuat pembenaran dengan mengatakan bahwa rasa lelah di sore hari adalah hal normal. Kebanyakan orang ini tidak pernah menghubungkan gejala kelelahan yang dialaminya dengan kondisi real metabolisme tubuhnya, bahwa sel-sel tubuhnya telah gagal memproduksi energi dari makanan yang dimakannya. Mereka hanya tahu bawa mereka lapar, tidak berenergi dan itu harus dipuaskan. Akibatnya berat badannya terus bertambah. Jika mereka berusaha menurunkan berat badannya, mereka beranggapan tidak akan bisa sebab tidak akan mampu menahan rasa lapar sepanjang hari.

Rasa lapar yang terus menerus dan kelelahan sepanjang hari juga bukan hal normal, karena itu harus segera dipulihkan. Kegagalan orang menyelesaikan masalahnya, karena mereka menganggap gejala selalu lapar, sebagai akibat gula darah yang cepat turun, sebagai masalah sehingga berusaha menghilangkan gejala tersebut dengan makan banyak gula, memakan makanan tinggi karbohidrat untuk menaikkan gula darah, padahal akar masalah yang harus diselesaikan adalah kadar insulin yang tinggi dalam darah.

Memakan banyak makanan karbohidrat untuk menaikkan gula darah bukanlah solusi atas masalah, justru akan terjadi sebaliknya, semakin menambah masalah bagi tubuh, seperti: otak akan selalu merasa lapar, mudah lelah karena kekurangan bahan bakar untuk membentuk energy, timbunan lemak tubuh semakin bertambah dan tekanan darah menjadi tinggi.

Makanan yang mengandung banyak karbohidrat, dengan cepat memicu naiknya kadar glukosa darah. Glukosa darah yang naik segera memicu pankreas untuk menghasilkan insulin yang banyak. Kenaikan kadar insulin darah yang tinggi dengan cepat menyimpan gula darah tersebut menjadi glikogen atau menjadi lemak. Aktivitas insulin yang menyimpan glukosa darah dengan cepat menurunkan kadar glukosa darah. Akibatnya, dua atau tiga jam setelah makan karbohidrat, maka glukosa darah dengan cepat menjadi rendah. Inilah yang menyebabkan hipoglikemia. Akibatnya, otak tidak mendapatkan suplai glukosa yang cukup karena kadar glukosa sudah menjadi rendah. Saat gula darah menjadi rendah, otak mulai kelaparan energy yang membuatnya kelelahan. Kondisi ini kemudian memicu kembali rasa lapar, hingga otak segera memerintahkan agar diberi karbohidrat. Meskipun tubuh masih menyimpan cadangan glikogen dan lemak di liver namun simpanan tersebut tidak dapat dibongkar karena insulin yang tinggi mengunci cadangan ini serta menghambat glukagon untuk melakukan tugasnya sebagai hormon pembongkar (katabolic).

Orang yang memiliki kadar insulin tinggi dalam darahnya akan lebih banyak menimbun glukosa yang dimakannya menjadi lemak dibanding yang bisa digunakannya sebagai energy. Walaupun terus memakan karbohidrat sebagai sumber energy dalam jumlah banyak, namun tetap kekurangan energi karena karbohidrat tersebut hanya menjadi timbunan lemak. Ringkasnya, banyak makan nasi adalah petaka. Banyak beras bukan tanda sejahtera, tapi awal penderitaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keto Palopo

Berapa Gula Yang Anda Butuhkan

Tubuh Membuat Sendiri Kolesterol sesuai Kebutuhannya

Pada abad ke 5 SM dokter Yunani Hippocrates telah memperingatkan bahwa orang-orang yang gemuk berpotensi meninggal mendadak, tetapi saat itu...