Sebagai guru Biologi di sekolah menengah atas, saya sering menyaksikan siswa yang kesurupan. Hampir semua orang di sekitar saya menyebut itu sebagai 'kerasukan jin'. Walaupun semua orang berpikiran sama: kesurupan adalah gangguan jin, tanggung jawab saya adalah mendidik siswa untuk menyampaikan fakta sains bahwa kesurupan itu adalah masalah defisiensi nutrisi. Saya berusaha menyederhanakannya: defisiensi Magnesium.
Jadi, jika saya ditanya: Apa solusinya? Jawaban saya: garam. Tentu saja maksud saya bukanlah garam Natrium klorida melainkan Magnesium klorida (MgCl2). Semprotan Magnesium Oil, larutan garam yang mengandung Magnesium adalah solusi saya untuk siswa yang kesurupan. Di dalam tas saya selalu tersedia larutan Magnesium. Walaupun saya tahu, itu tidaklah cukup untuk mengatasi masalah defisiensi Magnesium.
Ada dua jenis defisiensi nutrisi, yakni (1) defisiensi nyata, seperti penyakit sariawan akibat defisiensi asam askorbat; dan (2) defisiensi subklinis, yakni gangguan fungsi fisiologis, seluler, atau biokimia yang tidak tampak secara klinis. Defisiensi nutrisi kedua ini, seperti pada defisiensi Magnesium yang tidak menampakkan gejala klinis paling mengkhawatirkan karena tidak mudah dikenali atau sulit untuk didiagnosis dokter.
Dalam Biologi, salah satu fungsi utama Magnesium pada manusia adalah mengatur keseimbangan gradien konsentrasi ion Na+/K+ yang sangat penting pada berfungsinya pompa Na-K seluler. Berfungsinya pompa ini sangat menentukan kerja sistem saraf.
Defisiensi magnesium menyebabkan kejang otot spontan (kram yang menyakitkan pada otot di tangan dan kaki ). Gejala lain dari defisiensi magnesium adalah gangguan mental seperti depresi, kebingungan, kecemasan, agitasi, agresi, kemarahan, disorientasi, halusinasi, iritabilitas neuromuskular (tremor), dan kejang kejang.
Kejang-kejang ini adalah akibat dari eksitasi berlebihan pada sistem saraf (sel saraf), yang timbul karena perbedaan potensial listrik yang berkurang antara permukaan luar dan membran dalam sel. Hal ini ditimbulkan oleh gagguan keseimbangan Na-K sebagai akibat dari defisiensi Magnesium.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan orang kekurangan magnesium, seperti gagal ginjal, konsumsi alkohol dan masalah malabsorpsi (gangguan penyerapan magnesium di usus kecil dan usus besar). Ini berarti bahwa orang yang mengalami penyakit pencernaan seperti masalah usus atau usus besar seperti penyakit Crohn, sindrom iritasi usus besar , penyakit celiac, gastroenteritis, steatorea idiopatik, kolitis ulserativa, reseksi usus kecil, pasien ileostomi atau pasien dengan kolitis ulserativa mungkin mengalami defisiensi magnesium.
Asidosis tubulus ginjal, asidosis diabetikum, diuresis berkepanjangan, pankreatitis akut, hiperparatiroidisme dan aldosteronisme primer juga dapat menyebabkan defisiensi magnesium. Orang yang menderita sindrom metabolik juga mengalami defisiensi magnesium. Pasien diabetes tipe 2 juga ditemukan memiliki kadar magnesium yang rendah.
Konsumsi suplemen kalsium juga dapat menyebabkan defisiensi magnesium karena kalsium ini melakukan penghambatan kompetitif terhadap penyerapan Magnesium. Demikian juga jika konsumsi suplemen vitamin D yang berlebihan dapat menyebabkan defisiensi magnesium melalui penyerapan kalsium yang berlebihan dan karenanya menurunkan kadar Magnesium. Penggunaan obat diuretik dan obat lain juga dapat menyebabkan defisiensi magnesium.
Banyak atlet yang menderita kekurangan magnesium, sebagian karena latihan fisik'. Setidaknya, kira-kira 15 mg magnesium hilang melalui keringat per hari, tetapi kehilangan mungkin lebih besar terutama dalam kondisi peningkatan keringat (olahraga, panas dan kelembapan).
Karena, defisiensi magnesium tidak menampakkan sebagai gejala secara klinis dan karenanya tidak mudah dikenali oleh dokter, untuk itu dibutuhkan upaya kesehatan masyarakat yang lebih besar untuk menginformasikan tentang bahaya defisiensi magnesium dan pentingnya diagnosis defisiensi magnesium.
Mantaffffff pencerahannya pak Guru
BalasHapusterima kasih
BalasHapus