FLUORIDE : racun yang dimasukkan pada pasta gigi

PASTA GIGI FLUORIDE

Fluoride biasanya dimasukkan di pasta gigi, karena dipercaya bisa mencegah gigi berlubang. Klaim industri pasta gigi, Fluoride berperan untuk mencegah karies atau pembusukan akibat sisa-sisa makanan, air liur, serta bakteri yang membuat gigi jadi berlubang. Promosinya: Kalau kamu ingin terhindar dari gigi yang berlubang, nggak ada salahnya buat memilih pasta gigi dengan kandungan fluoride yang aktif karena bisa mencegahmu dari risiko sakit gigi. 

Meskipun fluoride banyak digunakan industri seperti: pasta gigi, pembuatan keramik, pestisida, propelan aerosol, pendingin, barang pecah belah, dan peralatan masak Teflon, tapi Fluoride juga diklasifikasikan sebagai polutan, sampah racun hasil pabrik aluminium, pupuk, dan pembuatan bijih besi.

Penggunaan Fluoride sebagai obat untuk pencegahan karies gigi dimulai pada Januari 1945 ketika pasokan air minum masyarakat di Grand Rapids, Amerika Serikat, ditambahkan Fluoride dengan kadar 1 ppm sebagai tindakan pencegahan karies gigi. Namun, penggunaan fluoride untuk mencegah karies gigi tersebut merupakan hal yang kontroversial, karena secara sains tidak terdapat cukup bukti manfaatnya.

Karena adanya ketidakpastian tentang efektivitas, kemanjuran, dan potensi membahayakan kesehatan, maka penggunaan Fluoride pada pasta gigi menimbulkan banyak perdebatan mengenai manfaat dan bahayanya. Sampai saat ini, narasi yang dominan adalah bahwa Fluoride pasta gigi aman dan efektif. Padahal, telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa Fluoride berpotensi menyebabkan masalah kesehatan manusia yang merugikan, sementara manfaatnya hanya sedikit, yakni pencegahan karies gigi yang sulit dibuktikan. Sebab, bukti menunjukkan bahwa orang-orang yang menggunakan pasta gigi berfluoride justru mengalami karies gigi. Tidak heran jika ada juga pasta gigi yang menjadikan Non-Fluoride sebagai kebanggaan.

PASTA GIGI NON- FLUORIDE

Sebuah studi di China tentang hubungan Fluoride dan kerusakan otak, oleh peneliti dari Harvard School of Public Health dan China Medical University di Shenyang menemukan indikasi kuat bahwa Fluoride dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fluoride yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi perkembangan kognitif secara negatif. Anak-anak mengalami penurunan kecerdasan (IQ). 

Dalam sebuah penelitian tahun 2005, ditemukan bahwa 47% anak-anak yang tinggal di lingkungan New Delhi dengan tingkat Fluoride air rata-rata 4,37 ppm memiliki bukti hipotiroidisme klinis yang disebabkan oleh Fluoride. Mereka menemukan tingkat FT 3 yang rendah di antara semua anak yang terpapar air berfluoride. Mekanisme di mana fluoride memperburuk hipotiroidisme adalah melalui pengikatan kompetitif dengan yodium, serta obstruksi sintesis T3 dan T4 . Dengan demikian, hipotiroidisme yang diinduksi Fluoride cenderung lebih sering terjadi pada  orang yang kekurangan yodium. Survei Australia menunjukkan bahwa anak-anak yang kekurangan yodium adalah akibat menelan air berfluoride. Ditemukan juga, bahwa anak-anak tersebut menunjukkan penurunan kecerdasan, bahkan pada tingkat Fluorida air 0,9 ppm.

Dampak yang paling jelas dan umum terjadi dari penggunaan Fluoride adalah fluorosis. Pada gigi, fluorosis ditandai oleh gigi yang memiliki plak-plak keabuan atau kecoklatan.

Konsumsi Fluoride dalam jangka lama dengan kadar 2 ppm atau lebih adalah pemicu flurosis. Untuk mencegah hal tersebut, Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, telah menetapkan bahwa kandungan fluoride dalam air minum tidak boleh melebihi 1,5 mg/L. Walau demikian, di Indonesia, diketahui memiliki prevalensi fluorosis yang tinggi, yakni 96%. 

Selain terjadi pada gigi, fluorosis juga terjadi pada tulang. Ini adalah penyakit tulang kronis yang disebabkan oleh konsumsi fluoride dalam jumlah besar. Di daerah dengan konsentrasi fluoride air lebih dari 2 ppm, atau di daerah dimana orang terus-menerus terkontaminasi fluoride hasil buangan industri aluminium atau pupuk, fluorosis tulang sering terjadi (prevalensi> 20%). Gejala penyakit ini adalah nyeri sendi di kedua tungkai atas dan bawah, mati rasa dan kesemutan pada tangan, nyeri punggung, dan lutut. 

Fluoride dikenal juga sebagai penghambat kerja enzim. Kemampuan fluoride untuk membunuh bakteri sehingga digunakan dalam pasta gigi dan obat kumur karena fluoride menghambat kerja enzim bakteri. Fluorida terikat pada ion logam sisi aktif enzim atau dengan membentuk ikatan hidrogen yang bersaing pada sisi aktif enzim.

Kemampuan fluoride menghambat kerja enzim, tidak hanya terjadi pada enzim di gigi. Ada 66 enzim yang terpengaruh oleh konsumsi fluoride, termasuk P450 oksidase. Sebuah studi baru-baru ini tentang efek senyawa fluorida pada fungsi seluler manusia mengungkapkan bahwa fluoride dapat berinteraksi dengan berbagai proses seluler yang dimediasi enzim dan gen termasuk yang terkait dengan respons stres, enzim metabolisme, siklus sel, komunikasi sel, dan transduksi sinyal. Ini terjadi karena fluoride berinteraksi secara aktif dengan ion bermuatan positif seperti kalsium dan magnesium. 

Sama halnya dengan kalsium, magnesium berperan penting dalam pembentukan tulang dan gigi yang optimal. Dengan bersaing dengan magnesium dan kalsium dalam gigi dan tulang, fluoride mengacaukan proses pembentukan tulang. Gangguan tersebut, dan intensitas efek samping fluoride yang merugikan pada tulang dan gigi, diperparah oleh adanya defisiensi kalsium, dan defisiensi magnesium. 

Singkatnya, manfaat Fluoride (mencegah karies gigi), hampir tidak berarti sama sekali jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan dalam kaitannya dengan gangguan kesehatan otak, hipotiroidisme, fluorosis gigi dan tulang, gangguan enzim dan elektrolit, serta kanker rahim. Karena efek racun fluorida lebih berbahaya daripada efek menguntungkan yang hampir tidak terbukti, maka  fluoridasi pasta gigi dan obat kumur perlu untuk dihindarkan. Atau Anda menghindari penggunaan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung Fluoride.