Secara Evolusi, Yang Mana Sehat
makan tumbuhan (vegan) atau makan hewan (karnivora)
Sebagai adaptasi terhadap makanan berprotein tinggi, asam lambung manusia cukup tinggi, lebih mirip dengan hewan pemakan daging. Asam lambung yang tinggi (pH 1-3) pada manusia dibutuhkan untuk mengaktifkan enzim pencerna protein dan sebagai pembunuh kuman (mikroba) di lambung. Hal ini berbeda dengan hewan pemakan tumbuhan yang hanya membutuhkan sedikit keasaman lambung sehingga memberi peluang bagi mikroba untuk hidup di lambungnya.
Jika keasaman lambung manusia turun (misal pH4) akibat produksinya terhambat, misalnya karena konsumsi karbohidrat yang banyak, maka pencernaan protein terganggu dan mikroba dapat tumbuh di dalam lambung. Keasaman lambung yang rendah ini, bukan hanya mengakibatkan masalah pencernaan bagi manusia, namun juga menyebabkan terjadinya malnutrisi hingga gangguan mental.
Senasib dengan manusia, anjing dan kucing, hewan yang didomestikasi manusia kira-kira 1500 tahun yang lalu, meskipun bisa hidup dengan diberi banyak karbohidrat seperti nasi dan roti, namun makanan ini akan merusak lambungnya. Sebagai hewan yang secara genetis telah beradaptasi ikut gaya hidup manusia, sebagai pemakan daging, sama seperti manusia tuannya, anjing dan kucing tidak memiliki enzim atau fasilitas pencerna karbohidrat di lambungnya. Dengan demikian, meskipun anjing bisa memakan daging dan juga tepung karbohidrat dari tumbuhan, namun secara evolusi dan fisiologi anjing bukanlah omnivora. Anjing adalah karnivora. Anjing akan sakit lambung jika makan banyak nasi. demikian juga kucing.
Kira-kira 10.000 tahun yang lalu dengan berkembangnya pertanian, maka keserasian diet dari makanan hewani dengan genetik manusia yang sudah berjalan selama jutaan tahun, terganggu. Revolusi produksi pangan memberikan tambahan baru pada diet manusia, yakni biji-bijian karbohidrat seperti: gandum dan beras. Inilah awal munculnya penyakit sindrom metabolik manusia modern.
Masalahnya, waktu 10.000 tahun sebagai pemakan biji-bijian karbohidrat belumlah cukup untuk terjadinya adaptasi gen manusia terhadap makanan yang baru diperkenalkan tersebut, sebab gen manusia tidak banyak berubah dalam waktu 10.000 tahun tersebut. Akibatnya, secara genetis manusia belum mampu menangani makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Kebanyakan manusia akhirnya mengalami gangguan pencernaan yang bermula dari masalah keasaman lambung. Juga, adaptasi sekresi hormon insulin untuk mengatur makanan tinggi karbohidrat tersebut tidak berjalan baik, sehingga menimbulkan penyakit metabolisme. Sukses pertanian biji-bijian yang memperbesar jumlah total makanan yang bisa dimanfaatkan manusia, tidak diiringi dengan pemenuhan nutrisi yang lebih baik. Manusia banyak makan karbohidrat namun mengalami malnutrisi mikronutrien, seperti zinc, zat besi, kalsium, retinol (vit. A), Vitamin B2, vitamin B6, dan vitamin B12. Ini adalah konsekuensi logis tidak adanya makanan yang berasal dari hewan dalam diet.
Akibat diperkenalkannya makanan biji-bijian tinggi karbohidrat sebagai makanan pokok pada 10.000 tahun lalu menyebabkan menurunnya asupan protein hewan. Sebagai akibatnya, tubuh manusia memendek. Setelah biji-bijian karbohidrat diperkenalkan sebagai makanan pokok manusia, maka rata-rata tinggi pria dan wanita menyusut sekitar 15 centimeter. Meskipun persediaan protein manusia modern telah menjadi semakin banyak, namun struktur tubuh manusia modern tetap bertumbuh seperti buah apel, perut membuncit. Mengapa? Konsumsi protein yang tinggi juga disertai dengan konsumsi karbohidrat yang semakin meningkat. Akibatnya, kadar insulin juga meningkat secara kronis. Sebagai hasil akhirnya penumpukan lemak.
Banyak penyakit manusia modern muncul berawal dari konsumsi karbohidrat yang tinggi. Artinya, menurunkan konsumsi karbohidrat bisa bermanfaat untuk menghilangkan banyak penyakit dan memperpanjang usia hidup.
Indikator terbaik untuk menilai manfaat pengurangan karbohidrat ini adalah produksi AGEs (advanced glycosylation end product), substansi sampah metabolisme yang diproduksi oleh tubuh akibat kelebihan karbohidrat yang berikatan secara kimiawi dengan protein. Kadar AGEs ini akan meningkat jika kadar gula darah juga meningkat. Menurunkan gula darah berarti menurunkan produksi AGEs.
AGEs ini mirip lem, yang melekat pada tempat-tempat yang tidak semestinya seperti pembuluh darah dan DNA sel, sehingga mempercepat berbagai proses penyakit. AGEs menginduksi kerusakan dan kematian sel, memicu katarak dan menyebabkan melemahnya otot. Karena itu AGEs dijadikan penanda penuaan dan penyakit degeneratif seperti diabetes, aterosklerosis, ginjal kronis, asma, radang sendi, penyakit jantung, retinopati, neuropati dan alzheimer.
Karena gen-gen manusia modern tidak berbeda dengan nenek moyang kita jutaan tahun lalu, maka diet yang benar secara genetik adalah menjadikan daging sebagai makanan pokok, bukan biji-bijian karbohidrat. Jadi, jika kamu ingin tetap berada di jalur evolusi yang benar, maka diet banyak makanan hewani, sedikit tumbuhan dan rendah karbohidrat adalah pilihan yang sehat.Dengan sedikit karbohidrat dan menghindari karbohidrat dari biji-bijian, maka kamu akan mencukupkan kebutuhan nutrisi dari bahan makanan hewani yang serasi secara genetis dengan kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Keto Palopo