Kamis, 09 September 2021

Dokter Tidak Memberitahu atau Mungkin Tidak Tahu Kamu Sakit

 

Dokter Tidak Memberitahu

Ini Penyakit atau Tidak Tahu 


Masih ingat Ashraf Sinclair? Aktor yang memiliki gaya hidup sehat, bertubuh proporsional, tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau penyakit kronis lainnya, rajin olahraga, menyukai diving dan berenang, pendiri klub olahraga dan sekaligus aktif mengikuti olahraga tersebut serta memiliki sertifikat pelatih Crossfit, olahraga kebugaran yang mengandalkan seluruh pergerakan anggota tubuh, menggabungkan antara pernapasan aerobik dan anaerobic. Pada hari selasa tanggal 18 Februari 2020, Ashraf Sinclair meninggal dunia di usia yang masih muda, karena serangan jantung .

Kematian mendadak Ashraf kemudian juga mengingatkan kita pada peristiwa kematian aktor Adjie Massaid pada tanggal 5 Februari 2011 pada usia yang juga masih muda, usia 43 tahun. Serangan jantung juga yang disebut-sebut mengakhiri hidupnya.

Serangan jantung terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke jantung. Penyebab utama kondisi ini adalah tersumbatnya pembuluh darah koroner yang memasok darah ke jantung.

Profil Adjie Massaid, kata orang, mirip dengan Ashraf: punya gaya hidup sehat, memiliki tubuh proporsional, gemar olahraga. Berita yang tersebar di medsos, mengatakan bahwa Ashraf sempat melakukan latihan CrossFit sekitar satu jam sebelum meninggal. Diceritakan bahwa tidak ada tanda-tanda adanya sakit jantung pada Ashraf dan kondisinya sehat-sehat saja.

Tentu saja, sehat yang dimaksud dalam berita media sosial adalah sehat pengertian common sense. Sebab untuk mengetahui seseorang itu memiliki jantung sehat secara ilmiah, bukanlah sekedar mengetahui tekanan darah, gula darah dan kadar kolesterol darah. Yang lebih penting diketahui adalah kadar insulin darahnya. Sebab, kadar insulin darah dapat memberikan data yang akurat untuk mengetahui adanya resistensi insulin, yang menjadi akar masalah penyakit jantung. Biasanya, resistensi insulin akan memunculkan gejala sindrom metabolik, namun ada juga orang yang sudah mengalami resistensi insulin, namun belum menunjukkan tanda-tanda sindrom metabolik secara nyata. Sayangnya, tes untuk resistensi insulin masih sangat jarang dilakukan, selain karena biayanya yang mahal dan jarang laboratorium yang memilikinya, juga karena dokter belum menganggapnya penting. Itulah sebabnya, dokter tidak akan memberitahu hal ini unrtuk mengatakan kamu sakit atau sehat. Singkatnya, dokter tidak tahu jika kita sakit berdasarkan kesehatan metabolisme.

Padahal, jika tubuh kamu telah menampakkan gejala-gejala sindrom metabolik, itu adalah tanda-tanda bahwa kamu berpotensi besar untuk mengalami serangan penyakit mematikan, seperti penyakit jantung. Beberapa gejala sindrom metabolik bisa diketahui melalui serangkaian pemeriksaan medis (meskipun tidak seakurat jika tesnya adalah kadar insulin darah) meliputi pemeriksaan laboratorium terhadap: tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi atau gula darah rendah, trigliserida tinggi, kolesterol HDL rendah, kolesterol LDL tinggi, kadar asam urat yang tinggi dan masalah pembekuan darah dalam peredaran darah. Tanpa pemeriksaan kadar insulin darah, parameter ini bisa membantu untuk kamu ketahui sebelum mengatakan bahwa jantung kamu sehat-sehat saja. Gula darah kamu mungkin saja normal berdasarkan hasil tes darah, tidak tinggi juga tidak rendah, namun ini bukanlah jaminan bahwa kamu sedang tidak mengalami penyakit sindrom metabolik. Sebab akar masalah dari gula darah adalah kadar insulin darah. Jadi, tanpa pemeriksaan insulin darah, maka gabungkan semua parameter yang ada. Jika kamu tidak mampu melakukan tes laboratorium, ada indikator lain yang dapat digabungkan, dapat memberitahu kamu apakah kadar insulin kamu meningkat secara kronis, yakni berdasarkan beberapa tanda pada tubuh, diantaranya: (1) penambahan berat badan yang sulit diturunkan; (2) perut buncit; 3) lingkar pinggang di atas 80 cm untuk wanita atau 90 cm untuk pria; (4) adanya skin tags, atau daging tumbuh di kulit seperti kutil; dan (5) adanya acanthosis nigrican, kulit menebal warna hitam di lipatan paha, leher dan ketiak. Semua ini bisa menggambarkan kadar insulin darah yang tinggi.

Anda mungkin bertanya, jika bukan dari dokter darimana saya belajar penjelasan ilmu sehat secara metabolisme ini? Saya guru Biologi yang sering mengajar materi METABOLISME. Saya belajar dari Ketofastosis Indonesia, berbagi pengalaman dengan banyak kawan yang menjalani gaya hidup keto. Saya juga belajar dari pengalaman, terutama belajar dari mendampingi istri lebih sepuluh tahun sakit diabetes komplikasi jantung dan stroke. Dari situ, saya belajar tentang bagaimana menangani sindrom metabolik dan penyakit yang muncul akibat sindrom metabolik tersebut dengan memanfaatkan pengetahuan tentang metabolisme keton, menggunakan diet rendah karbohidrat yang sering disebut secara gampangnya: diet keto. Istriku telah berhasil menghilangkan sindrom metabolik yang pernah dialaminya selama lebih sepuluh tahun dan dengan demikian sembuh dari penyakit mematikan seperti jantung, stroke dan diabetes. Dari pengalaman yang diberikan oleh perjalanan hidup istriku maka sejak beberapa tahun lalu, saya telah belajar cara mengefisienkan metabolisme ketosis dengan diet rendah karbohidrat untuk hidup lebih sehat.

Kamu mungkin sudah terbiasa mendengar orang yang membanggakan gaya hidup sehatnya dengan menghindar makan daging dan makanan berlemak serta tidak memakan gorengan. Mereka adalah pemakan roti, gandum, sayuran dan buah-buahan. Sarapan paginya sereal, biskuit gandum, buah dan kopi. Hasil tes gula darahnya normal, yang menunjukkan mereka sehat. Tapi, jangan percaya bahwa mereka benar-benar sehat sebelum mereka periksa kadar insulin darah.

Orang yang menjalani diet tinggi karbohidrat akan mengalami kadar insulin yang tinggi. Semakin sering makan karbohidrat tinggi, semakin tinggi pula kadar insulin darah. Inilah pemicu resistensi insulin, akar masalah penyakit sindrom metabolik, penyebab banyak penyakit manusia modern.

Istriku, sama seperti saya, sebelumnya adalah pengikut diet konvensional yang dianggap diet normal, diet tinggi karbohidrat. Sebagai akibatnya, lebih sepuluh tahun, perjalanan hidup istriku diwarnai oleh penderitaan akibat diabetes tipe-2, yang datang bersamaan dengan penyakit jantung dan stroke. Gejala-gejala sindrom metabolik juga bermunculan: masalah kolesterol, tekanan darah tinggi, asam urat tinggi, penggumpalan darah di pembuluh darah. Penyakit lainnya juga bergantian datang. Hepatitis, stroke, dan infeksi jari-jari kaki hingga harus diamputasi serta tumor di rahim. Setiap pekan kami harus mendatangi dokter untuk ‘konsul’ dan meminta suntik insulin. Tiga tahun setelah positif diabetes, istriku mengalami gangguan reproduksi di usia yang masih muda, 37 tahun. Pada saat itu, saya menerimanya sebagai suatu yang alami. Jika menopause wanita terjadi di usia 40 hingga 50 tahun, maka saya pikir istriku mengalami menopause dini, seperti wanita usia 50 tahun saat usia biologisnya baru 37 tahun. Artinya, dia mengalami penuaan yang cepat. Ini terjadi 15 tahun lalu. sekarang, di usia istriku 50 tahun, dia nampak seperti wanita usia 35 tahun.

Empat tahun menjalani diet rendah karbohidrat, saya melihat istriku menjadi muda kembali, walau usia kalender semakin bertambah tua. Berat badan yang dulu 95 kg turun menjadi 65 kg. Kadar gula darah dari 250 mg/dL bahkan biasa mencapai 500 mg/dL, turun di bawah 100 mg/dL. Tidak lagi menggunakan terapi suntik insulin untuk mengendalikan gula darah. Obat untuk jantung dihentikan. Obat penurun kolesterol juga ditinggalkan. Gabapentin, obat pereda nyeri dan obat tidur sudah tidak konsumsi lagi. Istriku benar-benar sehat, tidak lagi sakit-sakitan seperti dulu. Tidak ada lagi kunjungan ke dokter tiap pekan. Imunitas tubuhnya berfungsi kembali. Saya telah menulis kisah sembuh diabetes yang dialami istriku dalam buku: Sembuh Diabetes, kisah sukses seorang istri melawan diabetes.

Setelah istriku sembuh dari diabetes dan jantung serta berhenti menopause, barulah saya tersadar adanya hubungan yang erat antara penyakit diabetes, jantung, kolesterol, gangguan tidur dan gangguan reproduksi dengan metabolisme tubuh. Resistensi insulin adalah akar masalah dari penyakit-penyakit tersebut. Beberapa tahun menjalani diet rendah karbohidrat memberi saya banyak pengalaman berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keto Palopo

Berapa Gula Yang Anda Butuhkan

Tubuh Membuat Sendiri Kolesterol sesuai Kebutuhannya

Pada abad ke 5 SM dokter Yunani Hippocrates telah memperingatkan bahwa orang-orang yang gemuk berpotensi meninggal mendadak, tetapi saat itu...