Rabu, 15 Desember 2021

Bahaya Mengurangi Konsumsi Garam


 <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9148621472216032"

     crossorigin="anonymous"></script>


Meskipun memiliki fungsi yang sangat penting, sayangnya konsumsi garam lebih banyak dikenal dari sisi negatifnya karena dihubungkan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit  kardiovaskular (penyakit jantung dan stroke) . Karena alasan inilah, konsumsi garam dapur sangat dibatasi, hingga kurang dari 6 g per hari (setara dengan 2,4 g natrium). Tapi, apakah membatasi konsumsi garam benar-benar merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan?

Garam dapur yang kita konsumsi mengandung natrium dan klorida sehingga disebut natrium klorida. Natrium adalah adalah mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, seperti mengatur tekanan dan volume volume, pengaturan suhu tubuh, pengaturan fungsi membran sel, transmisi impuls saraf serta penyerapan nutrisi di usus halus. 

Pentingnya Keseimbangan Natrium Kalium
Natrium bukan satu-satunya mineral yang mempengaruhi tekanan darah. Mineral Kalium juga ikut berpengaruh. Efek kalium pada tekanan darah berlawanan dengan natrium, oleh karena itu, untuk mendapatkan tekanan darah yang sehat, harus terjadi keseimbangan yang tepat antara natrium dan kalium.

Ketika asupan garam rendah, yang berarti kadar natrium menjadi rendah, maka untuk mencapai keseimbangan natrium-kalium, tubuh bertindak untuk mengeluarkan kalium, sementara mempertahankan natrium. Ini berarti bahwa diet rendah natrium sebenarnya memperburuk keseimbangan natrium-kalium.

Karena Natrium bukan satu-satunya mineral yang mempengaruhi tekanan darah, maka diet mengurangi konsumsi garam sebenarnya hanya menghasilkan sedikit pengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Dibanding manfaatnya terhadap penurunan tekanan darah, justru kemungkinan kerugiannya lebih banyak. Jadi, mengurangi asupan garam bukanlah cara terbaik untuk menjaga kesehatan.

Bahaya Konsumsi Sedikit Garam

1. Resiko Hiponatremia (kadar natrium darah rendah)
Ini adalah kondisi tubuh yang ditandai oleh rendahnya kadar natrium dalam darah. Gejalanya mirip dengan yang disebabkan oleh dehidrasi. Orang yang tidak mendapatkan cukup garam dalam makanan mereka dapat mengalami gejala kadar natrium darah rendah, yang meliputi pusing, kelelahan, dan kram otot. Dalam kasus yang parah, otak dapat membengkak, yang dapat menyebabkan sakit kepala, kejang, koma, dan bahkan kematian. 

Ada situasi tertentu di mana tubuh membutuhkan lebih banyak garam daripada biasanya untuk menggantikan garam yang hilang. Orang yang melakukan pekerjaan fisik, atau melakukan banyak olahraga akan membutuhkan lebih banyak garam dalam makanan mereka untuk menggantikan garam yang hilang melalui keringat. Pesepakbola profesional tercatat kehilangan lebih dari 6 gram garam  selama 90 menit pertandinganItulah sebabnya, Atlet olahraga yang membutuhkan ketahanan fisik yang lama berisiko tinggi mengalami hiponatremia. Dalam kasus ini, biasanya terjadi karena minum banyak air, namun tidak disertai dengan penggantian natrium yang hilang melalui keringat.

Orang yang menjalani diet rendah karbohidrat atau ketogenik juga perlu untuk menambah asupan garam. Insulin bekerja pada ginjal untuk menahan natrium, oleh karena itu ketika makanan karbohidrat dikurangi dan kadar insulin turun, ginjal mengeluarkan lebih banyak natrium. Jika tidak mendapatkan cukup garam penggantinya dalam makanan, maka dapat menyebabkan pusing, kelelahan, dan kram otot. Ini adalah mekanisme yang bertanggung jawab atas 'keto flu', yang terkadang dialami saat melakukan diet rendah karbohidrat. Ini dapat dihindari hanya dengan menambahkan lebih banyak garam ke makanan, atau minum kaldu tulang.

2. Meningkatkan resistensi insulin

Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon dengan baik sinyal dari hormon insulin, yang menyebabkan kadar insulin dan gula darah lebih tinggi. Resistensi insulin adalah akar masalah dari banyak penyakit serius, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Orang yang memiliki masalah jantung biasanya hanya fokus pada menurunkan tekanan darah dengan diet rendah garam. Padahal, tekanan darah normal hanyalah salah satu penanda kesehatan jantung. Masalahnya, diet rendah garam juga ternyata punya efek samping dalam meningkatkan kadar adrenalin dan trigliserida serta mengurangi variabilitas denyut jantung. Ini semua adalah efek yang menekan sistem kardiovaskular dan berdampak negatif pada kesehatan jantung. Sebaliknya, diet tinggi natrium merangsang relaksasi pembuluh darah dan meningkatkan fungsi jantung. 

Itulah sebabnya, diet rendah garam beresiko pada peningkatan risiko kematian pada orang dengan gagal jantung. Faktanya, orang yang membatasi asupan garam mereka memiliki risiko kematian 160% lebih tinggi dibanding yang tidak membatasi asupan garam. Ini mengkhawatirkan, karena biasanya, orang gagal jantung sering diminta untuk membatasi asupan natrium mereka.

Garam seharusnya kita jadikan sebagai pilihan untuk memperbaiki resistensi insulin. Menambahkan garam pada minuman akan memungkinkan kita hanya membutuhkan sedikit pemanis, karena garam dapat menambah rasa manis, ini membantu kita mengurangi kecanduan gula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keto Palopo

Berapa Gula Yang Anda Butuhkan

Tubuh Membuat Sendiri Kolesterol sesuai Kebutuhannya

Pada abad ke 5 SM dokter Yunani Hippocrates telah memperingatkan bahwa orang-orang yang gemuk berpotensi meninggal mendadak, tetapi saat itu...